Helvry Sinaga
Judul: Payung
Penulis: Veridiana
Kompas, 26 Juni 2011

sumber: http://cerpenkompas.wordpress.com/2011/06/26/payung/

Saya baru tahu istilah ojek payung setelah bermukim di Jakarta. Sebelumnya saya pernah mendengar cerita dimana ada ibu yang memiliki dua orang anak. Ia selalu resah bila hari hujan, maka anakny yang pegang payung akan menyewakan payungnya, sementara anak satunya yang berjualan es krim tidak akan laku. Demikian juga sebaliknya, ketika hari panas, anaknya yang berjualan es krim saja yang mendapat rezeki, sementara yang menyewakan payung tidak ada.

Cerpen ini menggambarkan mimpi seorang anak kecil yang berkeinginan untuk memiliki lebih dari satu payung. Payung sebagai simbol pencari rezeki. Sungguh kasihan melihat anak-anak seusia muda sekali sudah memikirkan betapa beratnya hidup. Ia terlalu cepat untuk mengetahui kejamnya dunia.

Lewat cerita ini, paling tidak saya bisa bersyukur. Tuhan memelihara orang tua dan lewat pendidikan. Suatu saat ketika saya melihat ojek payung menawarkan jasa payungnya, saya akan tahu mimpi anak-anak pengojek payung.


Helvry Sinaga
Judul: Pilihan Sastri Handayani
Pengarang: Sori Siregar
Kompas, 19 Juni 2011

Seorang wartawati di sebuah radio diminta membuat skenario untuk drama. Drama tentang Sir Stanford Raffless yang datang ke Indonesia pada awal abad 19. Sastri Handayani, wartawati berusia 24 tahun itu menolak. Ia beralasan bahwa Rafless adalah seorang penjajah, dan ia cukup berat menulis naskah sandiwara itu. Ia sempat berargumentasi dengan pimpinannya, Harold Dickens, perihal apa tujuan dan maksud kedatangan Rafless hampir 3 abad lalu ke nusantara. Penugasan dirubah. Sastri ditugaskan untuk membuat naskah Shakespeare.

Sepertinya Sori Siregar kurang memutakhirkan pengetahuan sejarahnya.
Helvry Sinaga
Judul: Sematku Patah di Cungking
Pengarang: Ema Rianto
Kompas, 12 Juni 2011
Sumber: http://cerpenkompas.wordpress.com/2011/06/12/sematku-patah-di-cungking/

Sebuah kenangan bisa membuat seseorang kembali pada masa lalu. Entah sudah berapa banyak orang mencoba kembali ke masa lalu, membuat seolah pilihan-pilihan masa lalu itu sesuatu yang perlu dikoreksi. Terlalu terjebak dalam bayang masa lalu dapat membuat gila.

Pelaku pada cerita pendek ini kembali dari perantauannya dari Prancis ke kampung halamannya. Ia mencari kembali gadis pujaannya. Mengherankan, mengapa ia meninggalkan walau dalam hatinya tidak bermaksud untuk menceraikan istrinya, tetapi ia telah berselingkuh dalam hatinya.

Cerita ini terlalau gamblang, penulis cerpen ini 'memamerkan' kemampuan bahasa Prancisnya atau memang tidak ada lagi istilah yang menggantikan?

Ah..saya kecewa


Helvry Sinaga
Judul: Pring Re-ke-teg Gunung Gamping Ambrol
Penulis: Seno Gumira Ajidarma
Kompas, 5 Juni 2011

Berprasangka yang tidak diikuti dengan berpikir kritis, seringkali merugikan diri sendiri dan orang lain. Dalam erpen ini, sekelompok orang yang menyatakan dirinya baik 'menyerbu' sebuah desa. Desa yang akan diserang diduga terdapat pemerkosa Mirah, anak Lurah. Isu itu diangkat karena tidak ada alasan lain untuk menyerang desa yang di dalamnya ada pencuri, penjahat, dan pelacur. Tanpa mengkritisi kebenaran informasi yang diterima, mereka menyerang dengan ganas. Tujuannya: membunuh seluruh penduduk desa tersebut.

Sebenarnya sudah dikonfirmasi kepada Mirah, siapakah pelakunya, namun Mirah tidak menjawab.

Helvry Sinaga
Judul: Air Matamu, Air Mataku, Air Mata Kita
Pengarang: Ayi Jufridar
Kompas, 29 Mei 2011

Ayi Jufridar adalah seorang penulis kelahiran Aceh. Ia telah menulis Novel Alon Buluek (dalam bahasa Aceh yang berarti: Gelombang Laut yang Dahsyat)yang terinspirasi dengan peristiwa tsunami 2004 di Aceh. Novel tersebut tersendat-sendat penulisannya sebab ia kadang terlarut dalam kesedihan ketika mengerjakannya, dan ia biarkan kesedihan itu terlarut dahulu.

Dalam cerpen kali ini, ia mengisahkan cinta seorang perempuan pada laki-laki yang sudah beristri. Perempuan itu menceritakan pada sahabatnya (narator) betapa ia sangat sedih sebab cintanya tak bersambut dan tak mungkin dilanjutkan. Narator menjadi tempat curahan air mata.

Helvry Sinaga
Kamus Cerita Abdul Muin
Koran Tempo, 29 May 2011
Pengarang: Raudal Tanjung Banua

Cerpen ini cukup mengkritik para orang-orang yang membuat buku atau karya tulis dengan copy-paste. Sekarang ini memang banyak buku-buku yang berjudul populer tetapi sumbernya adalah internet atau karya orang lain yang dibuat seolah-olah atas namanya.

Kamus yang disusun oleh pencerita/narator ini adalah istilah yang diperoleh selama di Jogja. Ada banyak istilah, namun sangat minim dicari artinya di internet. Si narator berusaha menyampaikan ke pembaca dengan cara yang unik, sebab sahabat yang menyusun kamus ini telah meninggal. menurut saya, cerpen ini unik penyampaiannya. Silakan disimak.

Helvry Sinaga
Desentralisasi Perayaan Buku
Ditulis oleh: Agus Irkham

Salah satu ukuran keberhasilan gerakan membaca adalah jika kegiatan literasi (membaca dan menulis) tidak hanya terpusat di ibukota. Tapi di daerah. Mulai dari provinsi hingga kabupaten. Bahkan kecamatan dan desa/kelurahan.

Apa pasal bisa dijadikan ukuran keberhasilan?

Karena letak persoalan literasi di Indonesia bukan pada rendah tingginya, tapi pada pemerataannya. Di satu tempat, ada begitu banyak orang yang sudah sadar dan tergerak untuk membaca buku. Tapi di lain tempat, gairah orang untuk beraktivitas menulis dan membaca (buku) masih rendah. Tak jarang justru dianggap tidak penting dan hanya buang waktu saja.

Helvry Sinaga
Judul: Tuan Alu dan Nyonya Lesung
Pengarang: Zelfeni Wimra
Koran Tempo, 15 Mei 2011

Pada awalnya saya tidak menduga jika Zelfeni akan menceritakan pohon kopi dan batu dengan perumpaan sebagus ini. Konsep pertemuan yang memang "jodoh"nya, tak dapat diduga-duga dan rasanya ajaib. Seperti kutipan berikut:

Apakah Tuan Alu didatangkan dari belantara untuk Nyonya Lesung? Atau sebaliknya, Nyonya Lesung didatangkan dari sungai untuk Tuan Alu

Baik Tuan Alu dan Nyonya Lesung berasal dari latar belakang berbeda, punya cerita kesepian dan cerita cinta, namun mereka bekerja sama dalam tangan satu orang.

Pengalaman masa lalu turut membentuk kearifan. Apa yang dahulu boleh jadi sesuatu hal yang pahit, sedih, indah, bagus, namun bila dibandingkan dengan keadaan 'kekinian' tampaknya hal-hal tersebut tidaklah berarti. Perhatikan yang dialami Tuan Alu:

Helvry Sinaga
Judul: Ikan Kaleng
Pengarang: Eko Triono
/1/

Sepertinya cerita ini seperti membaca berita. Tidak saya temukan nuansa sastra atau keindahan bercerita di sini. Biasa saja...datar...tidak perlu permenungan.
Memang harus diakui kedatangan tenaga guru dari Jawa di tempat-tempat seperti di Papua sangat membantu pendidikan.

bagaimanapun, persoalan ekonomi adalah persoalan yang tidak sederhana. Ini masalah yang dialami sebagian besar rakyat Indonesia. Seperti dalam cerita ini, membuat ikan kaleng adalah keahlian mereka, supaya bisa makan dan hidup, mereka tidak menyadari bahwa pendidikan adalah cara untuk mengangkat diri dari kemiskinan dan kebodohan.

Helvry Sinaga
Judul: Belati dan Hati
Pengarang: Chairil Gibran Ramadhan
Kompas, 1 Mei 2011

Penulis dengan cerdas mengemas penantiannya pada dambaan hati. Rasa cinta yang tulus akan memampukan seseorang bergerak di luar kekuatan biasanya. "Aku" mengetahui dengan baik, bahwa untuk merebut gadis dambaannya, ia harus menukar tempat hatinya. Ia tak lupa ingin membekali Sang Gadis dengan sebilah belati, untuk melindunginya dari orang-orang yang hanya suka pada tubuhnya.