Showing posts with label gunung salak. Show all posts
Showing posts with label gunung salak. Show all posts
Helvry Sinaga
sumber: Headline Kompas Minggu, 13 Mei 2012

Sudah hampir seminggu kejadian naas Pesawat Sukhoi Superjet 100 membahana. Temuan tim SAR di lapangan menunjukkan bahwa kondisi pesawat serta penumpangnya dalam keadaan hancur. Optimisme keluarga korban pun berubah dari harapan menjadi kepasrahan. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana kondisi di dalam pesawat terutama di kokpit ketika kejadian itu. Yang ada dalam benak saya adalah: apakah pilot dan team tidak melakukan pengenalan lokasi terlebih dahulu? Mungkin jauh dari apa yang saya kira, namun fakta menunjukkan bahwa sang pilot baru pertama kali mengudara di wilayah Gunung Salak.

Saatnya bukan lagi mencari tahu siapa yang salah. Tetapi bahu membahu untuk menemukan jenazah korban agar dikembalikan kepada keluarga untuk dimakamkan secara kemanusiaan. Saya hanya bisa mengucapkan turut berbela sungkawa pada keluarga korban. Semoga diberi ketabahan dan kekuatan dari Sang Khalik. Suatu saat pasti akan bertemu dalam keabadian. Kepada tim evakuasi saya berdoa semoga diberi kesehatan dan kekuatan untuk menyelesaikan tugas melakukan evakuasi. Di lapangan ada 1000-an orang lebih bekerja sama untuk menaklukkan medan dan mengevakuasi jenazah maupun serpihan badan pesawat.

Dari kesaksian keluarga korban, saya dapat mengamati bahwa bermacam latar belakang pengalaman penumpang menaiki pesawat. Ada yang sudah sangat berpengalaman seperti Capt. Gatot Purwoko, seorang pilot yang juga penggemar kuliner. Ia adalah anggota milis Jalansutra yang sangat rajin menulis di mailing list. Bila melakukan pencarian dengan author Gatot Purwoko, maka terdapat sekitar 1800-an hasil postingan beliau. Dan inilah postingan terakhirnya di milis jalansutra (6 April 2012).


Dan saya rasa, semua dari penumpang Sukhoi tersebut meninggalkan kesan mendalam pada orang-orang dekatnya, dan menjadikan kenangan sebagai bagian dari sisa hidup di dunia.

Semoga kejadian ini menjadi pelajaran bagi kita bahwa hidup itu penuh risiko dan singkat. Mari menghargainya dengan perbuatan baik. Selebihnya, hanya kepadaNyalah kita berpasrah.


helvry sinaga | 13 Mei 2012