Showing posts with label taman bacaan. Show all posts
Showing posts with label taman bacaan. Show all posts
Helvry Sinaga

 

Energi Perubahan di Pos Ronda

Gerakan literasi yang tumbuh dari inisiatif masyarakat tak sekadar menumbuhkan kegemaran membaca buku, tetapi bergerak maju untuk memberdayakan masyarakat. Episentrum gerakan bermula di pos-pos ronda di kampung-kampung. Semua digerakkan oleh energi masyarakat, kecintaan terhadap buku, dan kerinduan akan terjadinya perubahan.
Anak-anak membaca di Taman Bacaan Masyarakat Gubug Pintar di Nitikan Timur, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan memanfaatkan pos ronda, perlahan minat baca ditumbuhkan pada semua warga.
KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULUAnak-anak membaca di Taman Bacaan Masyarakat Gubug Pintar di Nitikan Timur, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan memanfaatkan pos ronda, perlahan minat baca ditumbuhkan pada semua warga.
Berbekal semangat menumbuhkan rasa suka membaca, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Cakruk Pintar hadir di atas bekas pembuangan sampah warga di tepi Sungai Gajahwong di Dusun Nologaten, Catur Tunggal, Depok, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebuah pos ronda sederhana dari bambu berukuran 5 meter x 10 meter didirikan di tepi Sungai Gajahwong pada 2003. Pos ronda itulah yang merangkap sebagai taman bacaan.

Meskipun masih ada penolakan, pos ronda yang berfungsi sebagai perpustakaan itu bisa dihadirkan. Koleksi buku milik penggagas taman bacaan itu, Muhsin Kalida, menghiasi dinding-dinding bambu. Muhsin yang warga di kawasan itu juga dosen Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Helvry Sinaga

Muhsin Kalida

Menggagas Gerakan Literasi

Membangun gerakan literasi untuk menumbuhkan minat baca sekaligus memberdayakan masyarakat sesungguhnya bisa dimulai dari hal sederhana. Muhsin Kalida (45), dosen di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, memulainya dengan mengajak masyarakat Dusun Nologaten, Caturtunggal, Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyulap tempat pembuangan sampah di sekitar permukiman warga jadi perpustakaan masyarakat dengan konsep bangunan pos ronda.
Meskipun awalnya tidak mudah mengubah kebiasaan warga membuang sampah sembarangan di Sungai Gajahwong yang tidak jauh dari rumah Muhsin, pada 2003 akhirnya bisa dibangun perpustakaan. Lokasinya, disatukan dengan pos ronda. Perpustakaan yang berisi buku koleksi Muhsin ini, dikenal dengan nama Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Cakruk Pintar.
Kehadiran TBM Cakruk Pintar mampu mengubah kebiasaan masyarakat yang awalnya tak banyak bersentuhan dengan buku, jadi mulai suka membaca.