Helvry Sinaga
Kamus Cerita Abdul Muin
Koran Tempo, 29 May 2011
Pengarang: Raudal Tanjung Banua
Cerpen ini cukup mengkritik para orang-orang yang membuat buku atau karya tulis dengan copy-paste. Sekarang ini memang banyak buku-buku yang berjudul populer tetapi sumbernya adalah internet atau karya orang lain yang dibuat seolah-olah atas namanya.
Kamus yang disusun oleh pencerita/narator ini adalah istilah yang diperoleh selama di Jogja. Ada banyak istilah, namun sangat minim dicari artinya di internet. Si narator berusaha menyampaikan ke pembaca dengan cara yang unik, sebab sahabat yang menyusun kamus ini telah meninggal. menurut saya, cerpen ini unik penyampaiannya. Silakan disimak.
Helvry Sinaga
Desentralisasi Perayaan Buku
Ditulis oleh: Agus Irkham
Salah satu ukuran keberhasilan gerakan membaca adalah jika kegiatan literasi (membaca dan menulis) tidak hanya terpusat di ibukota. Tapi di daerah. Mulai dari provinsi hingga kabupaten. Bahkan kecamatan dan desa/kelurahan.
Apa pasal bisa dijadikan ukuran keberhasilan?
Karena letak persoalan literasi di Indonesia bukan pada rendah tingginya, tapi pada pemerataannya. Di satu tempat, ada begitu banyak orang yang sudah sadar dan tergerak untuk membaca buku. Tapi di lain tempat, gairah orang untuk beraktivitas menulis dan membaca (buku) masih rendah. Tak jarang justru dianggap tidak penting dan hanya buang waktu saja.
Helvry Sinaga
Judul: Tuan Alu dan Nyonya Lesung
Pengarang: Zelfeni Wimra
Koran Tempo, 15 Mei 2011
Pada awalnya saya tidak menduga jika Zelfeni akan menceritakan pohon kopi dan batu dengan perumpaan sebagus ini. Konsep pertemuan yang memang "jodoh"nya, tak dapat diduga-duga dan rasanya ajaib. Seperti kutipan berikut:
Apakah Tuan Alu didatangkan dari belantara untuk Nyonya Lesung? Atau sebaliknya, Nyonya Lesung didatangkan dari sungai untuk Tuan Alu
Baik Tuan Alu dan Nyonya Lesung berasal dari latar belakang berbeda, punya cerita kesepian dan cerita cinta, namun mereka bekerja sama dalam tangan satu orang.
Pengalaman masa lalu turut membentuk kearifan. Apa yang dahulu boleh jadi sesuatu hal yang pahit, sedih, indah, bagus, namun bila dibandingkan dengan keadaan 'kekinian' tampaknya hal-hal tersebut tidaklah berarti. Perhatikan yang dialami Tuan Alu:
Helvry Sinaga
Judul: Ikan Kaleng
Pengarang: Eko Triono
/1/
Sepertinya cerita ini seperti membaca berita. Tidak saya temukan nuansa sastra atau keindahan bercerita di sini. Biasa saja...datar...tidak perlu permenungan.
Memang harus diakui kedatangan tenaga guru dari Jawa di tempat-tempat seperti di Papua sangat membantu pendidikan.
bagaimanapun, persoalan ekonomi adalah persoalan yang tidak sederhana. Ini masalah yang dialami sebagian besar rakyat Indonesia. Seperti dalam cerita ini, membuat ikan kaleng adalah keahlian mereka, supaya bisa makan dan hidup, mereka tidak menyadari bahwa pendidikan adalah cara untuk mengangkat diri dari kemiskinan dan kebodohan.
Helvry Sinaga
Judul: Belati dan Hati
Pengarang: Chairil Gibran Ramadhan
Kompas, 1 Mei 2011
Penulis dengan cerdas mengemas penantiannya pada dambaan hati. Rasa cinta yang tulus akan memampukan seseorang bergerak di luar kekuatan biasanya. "Aku" mengetahui dengan baik, bahwa untuk merebut gadis dambaannya, ia harus menukar tempat hatinya. Ia tak lupa ingin membekali Sang Gadis dengan sebilah belati, untuk melindunginya dari orang-orang yang hanya suka pada tubuhnya.