Saya salut dengan kepiawaian fotografer yang mengambil momen ini. Foto ini adalah gambar headline Kompas hari ini (4 Maret 2011) yaitu gambar seorang anak melihat ke luar jendela dari dalam bus yang membawanya ia dan keluarganya meninggalkan Tunisia-Libya.
Seperti yang kita tahu bahwa Libya saat ini sedang dilanda krisis kepemimpinan dimana terjadi perang saudara antara penentang Moamar Khadafy dan pasukan pembelanya.
Hal yang mirip terjadi sewaktu terjadi Instabilitas di Aceh. Saat itu sekitar akhir Desember 1999. Ibu saya dan adik saya harus meninggalkan Aceh Tengah karena dinilai Aceh tidak akan bergabung lagi dengan NKRI. Saat itu saya tidak mengerti kondisi politik dan keamanan. Ibu saya tiba di Medan dengan membawa sebegitu banyak barang-barang. Lemari, Meja makan, lemari es, tempat tidur, koper yang diisi pakaian penuh. Dan ibu saya menangis. Menangis karena apa? Semua. Sebab sepertinya tidak akan ada lagi masa depan di sana. Ibu saya mungkin menangisi apa yang sudah dikumpulkan sedikit-sedikit sehingga ada tempat bernaung keluarga kami, ibu mungkin menangisi kota yang sudah dicintainya, ibu mungkin menangisi bahwa ia akan berpisah dengan teman dekat yang sudah seperti keluarga, dan ibu menangisi bapak saya yang (masih) berada di sana.
Banyak orang yang mungkin menganggap biasa berita seperti perang saudara, menggulingkan pemerintahan dengan kekerasan, demonstrasi. Tapi bagi saya, hal itu berbeda. Ada satu atau dua keluarga yang sedang menangisi hal itu. Sebab tanpa perlu diceritakan, sebenarnya hati menjerit. Semoga krisis di Libya lekas berlalu. Tidak peduli siapa pemimpinnya. Peduli pada rakyatnya.