masih ingat dulu ketika SMU, mecari buku pelajaran bekas di sebuah kawasan yang mirip Kwitangnya Senen. Di Medan, namanya adalah Titi Gantung. Berlokasi di dekat stasiun kereta api Medan dimana ada jembatan kecil yang menghubungkan jalan pasar Ikan Lama dengan daerah terminal Sambu. Pemandangan yang umum terjadi kala tahun ajaran baru seperti sekarang adalah, penuhnya daerah ini sepulang jam sekolah untuk mencari (pelengkap??) buku pelajaran di sekolah. Tawar menawar terjadi, namun jangan harap suasana tawar menawar seperti berbelanja buku di Shopping, Jogja. Rasa-rasanya saya sendiri merasa sedikit mual bila mengingatnya, karena tidak terbiasa dengan "marbada" hehehe...anyway, masa sekolah yang hampir saya tinggalkan selama sepuluh tahun, menyisakan sedikit banyak keterlibatan dengan buku, terutama buku pelajaran. Setelah bekerja, dan sembari menduduki bangku kuliah (kembali), saya bertekad tidak mau lagi tidak ada buku pelajaran. Harus ada, minimal fotokopi kalau nggak tersedia yang asli. Kalau ada pinjaman, why not ya kan? (Thanks for library in my office). Itu baru buku akademis, sementara buku di luar itu, saya hanya membeli jika waktu dan kesempatan bersinergi. ya entah itu sedang ada best seller, diskon, jalan-jalan ke toko buku, rekomendasi teman, dan rasa ingin tahu.
Pagi ini membaca review buku di atas oleh Anindita S Thayf, yang novelnya menjadi juara satu dalam Sayembara Dewan Kesenian Jakarta 2008. Review novelnya, Tanah Tabu saya tulis disini.
Saya sependapat dalam tulisan beliau, saya kutip dari resensi atas buku ini. "Ada cerita di balik cerita. Inilah yang terjadi jika buku bisa berdiri sendiri. Ia selalu memberikan cerita baru setiap kali dibaca ulang." dan satu lagi quotenya yang saya beri highlight "Tanpa pembaca, buku hanyalah kumpulan kata bisu yang terpaksa pasrah pada nasib yang dijatuhkan padanya. Apakah berakhir sebagai pajangan, kertas bekas, kayu api, atau sesuatu yang mengubah dunia."
Cat. saya sendiri sering ngeliat buku ini di toko buku, namun belum niat untuk mbacanya apalagi belinya. hehehe...(tunggu pinjeman ajah)
Pagi ini membaca review buku di atas oleh Anindita S Thayf, yang novelnya menjadi juara satu dalam Sayembara Dewan Kesenian Jakarta 2008. Review novelnya, Tanah Tabu saya tulis disini.
Saya sependapat dalam tulisan beliau, saya kutip dari resensi atas buku ini. "Ada cerita di balik cerita. Inilah yang terjadi jika buku bisa berdiri sendiri. Ia selalu memberikan cerita baru setiap kali dibaca ulang." dan satu lagi quotenya yang saya beri highlight "Tanpa pembaca, buku hanyalah kumpulan kata bisu yang terpaksa pasrah pada nasib yang dijatuhkan padanya. Apakah berakhir sebagai pajangan, kertas bekas, kayu api, atau sesuatu yang mengubah dunia."
Cat. saya sendiri sering ngeliat buku ini di toko buku, namun belum niat untuk mbacanya apalagi belinya. hehehe...(tunggu pinjeman ajah)
Post a Comment