Helvry Sinaga
Judul: Pilihan Sastri Handayani
Pengarang: Sori Siregar
Kompas, 19 Juni 2011

Seorang wartawati di sebuah radio diminta membuat skenario untuk drama. Drama tentang Sir Stanford Raffless yang datang ke Indonesia pada awal abad 19. Sastri Handayani, wartawati berusia 24 tahun itu menolak. Ia beralasan bahwa Rafless adalah seorang penjajah, dan ia cukup berat menulis naskah sandiwara itu. Ia sempat berargumentasi dengan pimpinannya, Harold Dickens, perihal apa tujuan dan maksud kedatangan Rafless hampir 3 abad lalu ke nusantara. Penugasan dirubah. Sastri ditugaskan untuk membuat naskah Shakespeare.

Sepertinya Sori Siregar kurang memutakhirkan pengetahuan sejarahnya.

Sastri melihat kemarahan di mata Harold Dickens. Namun, hati Sastri berontak. Baginya Raffles tetap penjajah, mewakili negara Inggris. Setelah itu Belanda kembali menjajah negerinya 350 tahun ketika negeri ini masih bernama Hindia Belanda. Itu pun harus diungkapkan betapa pun banyak hal baik yang dibuat Raffles selama bertugas di Hindia Belanda.

Fakta menunjukkan bahwa Belanda datang ke Indonesia awalnya adalah untuk berdagang. Itupun terpusat pada kota-kota tertentu seperti Batavia. Belum ada konsep negara Indonesia, yang ada Belanda kerepotan menghadapi perjuangan Cut Nyak Dien, Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, Sultan Hasanuddin, Sisingamangaraja, Untung Surapati, dan masih banyak lagi pahlawan-pahlawan nusantara yang tak tersebut. Yang ada malahan, Belanda berusaha menguasai Nusantara selama 350 tahun.

Selain itu cerpen ini tidak 'menggigit'. Tidak ada suatu pesan yang dapat saya tangkap. Selain sedikit pelajaran sejarah yang menurut saya terlalu dangkal. Oiya ada, saya baru tahu kalau announcer mencari sendiri tambahan informasi atas berita yang dibacanya.

Hmm..kecewa lagi dengan cerpen kompas minggu.





Labels: | edit post
1 Response
  1. Azia Azmi Says:

    mau dunk cerpennya ^^


Post a Comment