Helvry Sinaga
Judul: Pring Re-ke-teg Gunung Gamping Ambrol
Penulis: Seno Gumira Ajidarma
Kompas, 5 Juni 2011

Berprasangka yang tidak diikuti dengan berpikir kritis, seringkali merugikan diri sendiri dan orang lain. Dalam erpen ini, sekelompok orang yang menyatakan dirinya baik 'menyerbu' sebuah desa. Desa yang akan diserang diduga terdapat pemerkosa Mirah, anak Lurah. Isu itu diangkat karena tidak ada alasan lain untuk menyerang desa yang di dalamnya ada pencuri, penjahat, dan pelacur. Tanpa mengkritisi kebenaran informasi yang diterima, mereka menyerang dengan ganas. Tujuannya: membunuh seluruh penduduk desa tersebut.

Sebenarnya sudah dikonfirmasi kepada Mirah, siapakah pelakunya, namun Mirah tidak menjawab.


“Katakan Mirah, katakan! Supaya aku tidak membunuh sembarang manusia!”

Wajah Mirah sulit diceritakan, karena perasaan yang terbayang di wajahnya pun mustahil diterjemahkan. Namun cerita para penggali kapur tentang kain dan kebayanya yang koyak moyak dan centang perenang, tanpa harus bernoda darah segala, bagi orang-orang desa itu sudah lebih dari segala pengungkapan.

dan sayangnya, tidak ada seorang pemimpin yang berpikir jernih untuk meneliti kebenaran dan menenangkan situasi dan lantas bertindak gegabah.

Tidak jelas juga mengapa kecurigaan dan kesalahan harus dialamatkan kepada perkampungan para pencuri. Namun beberapa saat lagi, ribuan orang yang merupakan gabungan duapuluh desa di sekitar pegunungan kapur itu sudah akan menyerbu perkampungan.

Memang benar, apabila ada pencurian, perampokan, bahkan pembunuhan, selalu saja kecurigaan terarah ke perkampungan itu. Memang benar pula betapa tiada pernah ada bukti, karena kambing yang lenyap dari kandang tak meninggalkan jejak, begal menyambar dan menghilang pada remang senja bagaikan bayangan, dan mayat korban selalu merupakan buangan dari desa takdikenal yang tidak pernah menunjuk langsung siapa pembunuhnya. Betapapun kali ini seperti terdapat kesepakatan tanpa perlu
peresmian, bahwa perkampungan itu sudah waktunya dimusnahkan, jika perlu bahkan
tanpa alasan!

Entahlah tuduhan itu benar atau tidak, tetap saja perbuatan itu melanggar keadilan. apakah karena perbuatan satu orang menyebabkan seluruh penduduk mengalami akibatnya? adakah karena iri hati dari penduduk asli terhadap penduduk pendatang karena mereka umumnya suka bersenang-senang?

Ternyata pemerkosa Mirah adalah.....
PS. bingung dengan istilah candala yang digunakan oleh Seno


Labels: | edit post
4 Responses
  1. Veridiana Says:

    Helvry, saya suka sekali cerpen ini, dan memang suka dengan sebagian besar karya SGA.
    Dari sisi pandang saya, cerpen ini membawa makna sindiran. Sindiran pada manusia yang sering menghakimi dan memberi cap, serta menganggap kelompoknya lebih 'bermartabat' dibanding kelompok lain.

    Salam kenal. Senang berkunjung ke sini :)


  2. ashteey Says:

    hah! pinjam aku yang ini. udah lama euuy gak baca bukunya SGA :D


  3. @Veridiana: nah itu dia, cerpen beliau ini suka memberi pesan yang menyindir suatu hal, tinggal kita bisa 'baca' pesan itu atau tidak

    trimakasih sudah berkunjung :)


  4. @mbak Ash: ada kok aku bukunya, tapi yang nopel, cerpen nggak punya


Post a Comment