Helvry Sinaga





Memanglah. Pertumbuhan kendaraan bermotor yang menggila di Jakarta adalah indikator betapa buruknya transportasi di Jakarta. Peningkatan mutu transportasi publik sudah tidak dapat ditawar-tawar lagi. Kereta api. Busway, bis umum, Mass Rapid Trail. Apapun itu. angka-angka di atas tidaklah sekedar angka biasa. Suatu saat diprediksi Jakarta akan tenggelam oleh lautan kendaraan.

Masihkah relevan membeli kendaraan? Jika BBM subsidi dicabut, saya rasa akan ada sedikit perubahan pola konsumsi. Orang-orang akan lebih baik menumpang bis umum, daripada mobil pribadi. Pajak kendaraan yang tinggi tidak membuat orang orang mengurungkan niatnya untuk menahan membali mobil. Ahh..pusing ah...sepertinya solusi gampangnya dipindahkan saja ibukota ini ke Kalimantan sana.


Helvry Sinaga
Susahnya cari tempat makan/nongkrong yang waras di jakarta ini. Tentunya dengan harga yang bersahabat dengan kantong.
Lokasi: Cafe Deli, Menteng, Jakarta Pusat.
Helvry Sinaga
aih..pengen maen sepedaan lagih..
Helvry Sinaga
haduuuh...saya belum pernah ke Sabang.. mauuuuuuuu

Helvry Sinaga
Tabur-tuai, sebab-akibat, itu adalah hukum logis yang sudah diakui manusia dari zaman dahulu kala. Dan dalam banyak cerita, nilai-nilai luhur yang memberi pesan agar selalu bersyukur, mencukupkan diri, memberi, menghargai seharusnya menjadi bekal untuk "terjun" di dunia ini. Tapi lihatlah fakta sederhana: Cabe Mahal. Seperti gambar cabe di atas, itu akibat kena hama. Hama karena perubahan iklim. Kenapa terjadi perubahan iklim? karena pemanasan global. Kenapa terjadi pemanasan global? karena terjadi efek rumah kaca. Kenapa terjadi efek rumah kaca? Karena gas karbondioksida di atmosfer meningkat tajam. Kenapa gas karbondioksida meningkat tajam? karena hutan ditebang. Kenapa hutan ditebang? karena......(isilah sendiri)

Manusia..berhentilah serakah! engkau merusak ciptaan Tuhan ini dengan keserakahanmu.

Helvry Sinaga
masih ingat dulu ketika SMU, mecari buku pelajaran bekas di sebuah kawasan yang mirip Kwitangnya Senen. Di Medan, namanya adalah Titi Gantung. Berlokasi di dekat stasiun kereta api Medan dimana ada jembatan kecil yang menghubungkan jalan pasar Ikan Lama dengan daerah terminal Sambu. Pemandangan yang umum terjadi kala tahun ajaran baru seperti sekarang adalah, penuhnya daerah ini sepulang jam sekolah untuk mencari (pelengkap??) buku pelajaran di sekolah. Tawar menawar terjadi, namun jangan harap suasana tawar menawar seperti berbelanja buku di Shopping, Jogja. Rasa-rasanya saya sendiri merasa sedikit mual bila mengingatnya, karena tidak terbiasa dengan "marbada" hehehe...anyway, masa sekolah yang hampir saya tinggalkan selama sepuluh tahun, menyisakan sedikit banyak keterlibatan dengan buku, terutama buku pelajaran. Setelah bekerja, dan sembari menduduki bangku kuliah (kembali), saya bertekad tidak mau lagi tidak ada buku pelajaran. Harus ada, minimal fotokopi kalau nggak tersedia yang asli. Kalau ada pinjaman, why not ya kan? (Thanks for library in my office). Itu baru buku akademis, sementara buku di luar itu, saya hanya membeli jika waktu dan kesempatan bersinergi. ya entah itu sedang ada best seller, diskon, jalan-jalan ke toko buku, rekomendasi teman, dan rasa ingin tahu.

Pagi ini membaca review buku di atas oleh Anindita S Thayf, yang novelnya menjadi juara satu dalam Sayembara Dewan Kesenian Jakarta 2008. Review novelnya, Tanah Tabu saya tulis disini.

Saya sependapat dalam tulisan beliau, saya kutip dari resensi atas buku ini. "Ada cerita di balik cerita. Inilah yang terjadi jika buku bisa berdiri sendiri. Ia selalu memberikan cerita baru setiap kali dibaca ulang." dan satu lagi quotenya yang saya beri highlight "Tanpa pembaca, buku hanyalah kumpulan kata bisu yang terpaksa pasrah pada nasib yang dijatuhkan padanya. Apakah berakhir sebagai pajangan, kertas bekas, kayu api, atau sesuatu yang mengubah dunia."

Cat. saya sendiri sering ngeliat buku ini di toko buku, namun belum niat untuk mbacanya apalagi belinya. hehehe...(tunggu pinjeman ajah)

Helvry Sinaga
Bagaimana rumah yang ideal menurut Anda? yang jelas, rumah adalah sumber inspirasi. Terserah bagaimana orang menilainya, namun kita sendiri merasa nyaman dan tenang tinggal di dalamnya. Ngomong-ngomong soal rumah, rumah seperti apa yang kau impikan?
Helvry Sinaga
Mungkin profesi yang tingkat kesabaranya paling tinggi adalah petani. Gagal panen tidak membuatnya menyerah..
Sabar ya bu
Helvry Sinaga
Sekarang ORI (Oblgasi Ritel Indonesia) sudah keluar yang edisi 7. Edisi ini mengusung tema Go Green, keren juga yaa seperti edisi prangko aja. Ayo siapa yang mau berminat membeli ORI.
Kupon bunganya 7,95% per tahun
pembayaran tiap tanggal 15 tiap bulan
minimum pemesanan Rp5.000.000
berapa dapatnya, tinggal kali aja 7,95% x 5.000.000. Sebelum kena pajak (20%).


Helvry Sinaga
apa dengan keberadaan teknologi yang namanya blackberry, facebook, twitter, friendster, yahoo messenger, goggle talk, dan sebagainya akan membuat manusia akan 'berhemat' menggunakan mulutnya?
Kadang masih lebih baik gagal teknolgi (galtek) daripada gagap teknologi (gaptek). Sepertinya suatu saat akan ada titik jenuhnya dimana orang-orang akan merindukan suasana 'kopi darat' dibanding 'sekali di udara tetap di udara'.