Helvry Sinaga
Sedihnya film Indonesia jka dibanding dengan film-film dari luar. Kelas film Indonesia sepertinya hanya seputar arwah, pocong, dan kemolekan tubuh.

Saya belum tahu apakah itu menggambarkan selera tontonan masyarakat pada umumnya, mengingat jumlah rakyat Indonesia yang terbesar justru di kalangan menengah ke bawah. Sama halnya seperti di televisi, penonton disuguhi dengan sinetron-sinetron yang memiliki jalan cerita tidak jelas. Akhirnya orang-orang (termasuk saya) beralih ke saluran televisi berbayar untuk menonton tayangan bermutu.

Terlalu naif jika kita mengatakan bahwa itu sepatutnya adalah tanggung jawab pemerintah. Anehnya, tidak ada masyarakat yang mengkritisi bahwa seharusnya perihal tontonan itu bagus atau tidak itu adalah hak kita sebagai konsumen. Dilihat dari segi ekonomi, seharusnya tidak ada barang yang gratis. Kalaupun gratis, kita membayarnya bukan dengan sejumlah uang, tapi dengan membuang waktu kita dengan percuma dengan menonton iklan komersil dari televisi tersebut.

Sebenarnya masyarakat kita terlalu enak dengan menikmati siaran olahraga sepakbola dengan gratis. menonton konser dengan gratis. Nah apakah berani kita bilang untuk tayangan lainnya, seperti sinetron atau reality show yang memuakkan adalah tanggung jawab pemerintah atau stasiun televisi itu juga?

Kembali ke film tadi. Semoga tayangan Indonesia semakin bermutu. Sudah banyak putra Indonesia yang belajar ke luar negeri untuk belajar syuting, penyutradaraan, sinematografi, dan sebagainya, dan kabar baik lainnya banyak film yang diangkat ke layar lebar berasal dari novel-novel karya putra bangsa. Saya berharap karya seperti Laskar Pelangi, Rumah Tanpa Jendela. Ketika Cinta Bertasbih, dan sebagainya bisa menembus pasar internasional.

Semoga
@hws17032011
Labels: 0 comments | | edit post
Helvry Sinaga
Judul: Malam di Kota Merah
Pengarang: Toni Lesmana

Bersudut pandang seorang yang ditodong oleh perampok di suatu tempat, dimana ternyata sang perampok belum mahir menggunakan pisau sebagai alat bantu rampok.
Pisau itu akhirnya menancap di kening sang pemuda, dan pemuda itu membawa pisau yang tertancap itu kemana-mana.

Orang-orang menjadi takut melihatnya sebab darah begitu banyak keluar dari kepalanya, namun tidak ada yang berusaha mengobatinya.
Si pemuda tidak rela mati begitu saja karena pisau itu, ia ingin mati dalam kebahagiaan, mati karena rindu yang mendalam pada kekasih, dan menghadap Tuhan dalam keadaan hidup.

Apakah karena cerita ini bersastra tinggi, saya tak mampu mencernanya dengan baik. Kelihatannya si tokoh utama sangat gelisah. Peristiwa perampokan yang berujung pada penikaman, adalah pemicu dari konflik yang terjadi dalam dirinya. Tokoh utama sangat kesepian, bahkan di kota yang ramai seperti Kota Merah. Apakah mungkin sebuah kritikan pada kota metropolitan yang sudah kehilangan toleransi pada sesama yang tertindas? atau menggambarkan sebuah kepasrahan yang membuat akal sehat menjadi hilang?

Mungkin saja....
@hws16112011

Helvry Sinaga
date:

rsvp by:
venue:
t

ype:
added by:
March 13, 2011 01:00PM -- March 13, 2011 03:00PM
March 13, 2011 01:00PM
Perpustakaan Umum Daerah DKI Jakarta, Gd. Nyi Ageng Serang Lt. VII-VIII Jl. HR Rasuna Said Kav. C22 Jakarta Selatan, ID
author appearance


Sobat Perpus

Hai Sobat Perpus,

Sudah baca artikel Kembali Ke Perpustakaan oleh Amang Suramang (Penulis kreatif, mantan moderator komunitas pembaca aktif Goodreads Indonesia periode 2008-2010, inisiator berdirinya gerakan Sobat Perpus)? Dalam artikel tersebut disebutkan bahwa untuk mengaktifkan perpustakaan publik yang ada diperlukan partisipasi aktif masyarakat. Salah satunya dengan program Sobat Perpus. Kegiatannya berupa mendata dan mengunjungi perpustakaan-perpustakaan yang ada, mengenal pustakawannya dan melihat koleksi-koleksi buku yang ada.

Menindaklanjuti hal tersebut, Goodreads Indonesia mengajak teman semua untuk mengikuti kegiatan sobat perpus dengan mengunjungi:

Tempat: Perpustakaan Umum Daerah DKI Jakarta
Alamat: Gd. Nyi Ageng Serang Lt. VII-VIII Jl. HR Rasuna Said Kav. C22 Jakarta Selatan
Hari/Tanggal: Minggu/ 13 Maret 2011
Waktu: 13.00-15.00 WIB
Kegiatan: Mendaftar sebagai anggota perpustakaan (gratis), berkeliling perpustakaan sambil melihat dan membaca koleksi buku yang ada dan diakhiri dengan diskusi bersama pustakawan (Lucky Astarani)

Kegiatan ini tidak dipungut biaya sama sekali. Bagi anda yang ingin ikut, bisa langsung datang ke tempat acara atau bisa berkumpul di area foodcourt Pasar Festival Kuningan Jakarta Selatan. Dari pasar festival tersebut kita akan berangkat bareng ke perpustakaan pada pukul 12.50 WIB.

Yuk kembali ke Perpustakaan!!!

CP: Harun Harahap 085692593710
Link Thread Terkait
Labels: 0 comments | | edit post
Helvry Sinaga
Cerpen Laron
Pengarang: Mashdar Zainal
dimuat di Kompas 6 Maret 2011

Anak kecil mempunya imajinasi yang kadang tidak dapat dipahami oleh orang dewasa. Seperti tokoh "Aku" dalam Cerpen ini. Ia seorang anak tunggal di sebuah keluarga. Ia dimarahi ayahnya karena memasukkan laron dari luar rumah ke kamarnya. Mungkin bagi seorang anak, mengasyikkan melihat laron terbang berputar-putar mengelilingi lampu kemudian sayapnya luruh dan laron tersebut berjalan di lantai.

Ia akhirnya mengunci kamar dan membuka jendela supaya laron semakin banyak datang ke kamar. Kemudian ia membersihkan sayap yang jatuh serta mengambil rantang plastik untuk menampung laron yang sudah tak bersayap.

Pelajaran yang penting disini adalah ketika laron tersebut berbicara (ini fiksi banget) yang mengatakan kami hanya berputar-putar menunggu mati. Hidup kami akan berakhir di perut katak atau cicak...semoga kamu tidak menjadi seperti kami yang menjadi makhluk yang tidak pernah puas menerima pemberian Tuhan, anugerah Tuhan.

Akhirnya "Aku" melihat bahwa bapaknya katak dan cicak itu ketika di meja makan bapaknya dengan lahap memakan rempeyek laron.
Helvry Sinaga
Ini foto dulu sebelum kita berangkat ke kantor gubernur di Padang Desember lalu. Seperti biasa, kita akan cari korban yang mau motoin kita. Kali ini adalah satpam hotel.
Kenapa yang ada label Sold-nya adalah embak-embak. Awalnya sih mau nutupin tanggal yang ada di kanan bawah, kok nggak nemu-nemu yang cocok. Akhirnya ketemu yang sold ini, dan berhubung harena dia satu-satunya dari kita berempat yang sudah merid. jadilah dicocok-cocokkan. hahaha.

Kenapa pakai topi and syal segala, gara-gara nyobain fasilitas editing pada photobucket, eh nggak taunya bisa yg kayak beginian..Seru banget daah..nggak terasa kerjaan pun ditinggal. hehehee

PS. Ket Gambar
(dari kiri ke kanan)
Arlin-Helvry-Mbak Tari-Bayu.
Lokasi: Hotel Pangeran Beach, Padang
Labels: 0 comments | | edit post
Helvry Sinaga
Saya salut dengan kepiawaian fotografer yang mengambil momen ini. Foto ini adalah gambar headline Kompas hari ini (4 Maret 2011) yaitu gambar seorang anak melihat ke luar jendela dari dalam bus yang membawanya ia dan keluarganya meninggalkan Tunisia-Libya.

Seperti yang kita tahu bahwa Libya saat ini sedang dilanda krisis kepemimpinan dimana terjadi perang saudara antara penentang Moamar Khadafy dan pasukan pembelanya.
Hal yang mirip terjadi sewaktu terjadi Instabilitas di Aceh. Saat itu sekitar akhir Desember 1999. Ibu saya dan adik saya harus meninggalkan Aceh Tengah karena dinilai Aceh tidak akan bergabung lagi dengan NKRI. Saat itu saya tidak mengerti kondisi politik dan keamanan. Ibu saya tiba di Medan dengan membawa sebegitu banyak barang-barang. Lemari, Meja makan, lemari es, tempat tidur, koper yang diisi pakaian penuh. Dan ibu saya menangis. Menangis karena apa? Semua. Sebab sepertinya tidak akan ada lagi masa depan di sana. Ibu saya mungkin menangisi apa yang sudah dikumpulkan sedikit-sedikit sehingga ada tempat bernaung keluarga kami, ibu mungkin menangisi kota yang sudah dicintainya, ibu mungkin menangisi bahwa ia akan berpisah dengan teman dekat yang sudah seperti keluarga, dan ibu menangisi bapak saya yang (masih) berada di sana.

Banyak orang yang mungkin menganggap biasa berita seperti perang saudara, menggulingkan pemerintahan dengan kekerasan, demonstrasi. Tapi bagi saya, hal itu berbeda. Ada satu atau dua keluarga yang sedang menangisi hal itu. Sebab tanpa perlu diceritakan, sebenarnya hati menjerit. Semoga krisis di Libya lekas berlalu. Tidak peduli siapa pemimpinnya. Peduli pada rakyatnya.

salam damai.

Labels: 0 comments | | edit post
Helvry Sinaga


Penerbit Komunitas Bambu bekerjasama dengan LKBN ANTARA menyelenggarakan:
Bedah Buku Sumatera Tempo Doeloe.
Dari Marco Polo sampai Tan Malaka
(Komunitas Bambu, November 2010)
disusun oleh Anthony Reid

Tempat:
Wisma Antara, Ruang Rapat Utama Lt. 19
Jl. Medan Merdeka Selatan, No. 17 Jakarta Pusat

Tanggal, jam:
Jum’at, 4 Maret 2011, pukul 15.00 – 17.00 WIB

Narasumber :

1. Basyral Hamidy Harahap
Sejarawan Sumatera yang banyak menulis buku tentang Sumatera. Beberapa punlikasinya antara lain, Kejuangan Adam Malik (1917–1984) (Yayasan Adam Malik, 1998); Greget Tuanku Rao (Komunitas Bambu, 2007); Dari Penyabungan ke Madina (2010); dan sejumlah makalah serta pengantar pada buku-buku sejarah, terutama kajian Sumatera Utara.

Basyral Hamidy Harahap dilahirkan di Mandailing Natal, 15 November 1940. Sebelumnya sempat menjabat sebagai Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1965-1967) dan menjadi bibliographer Ikatan Penerbit Indonesia Pusat 1967-1969.

2. Dewi Anggraeni
Penyunting buku Sumatera Tempo Doeloe. Dari Marco Polo sampai Tan Malaka. Sehari-hari bekerja sebagai pengajar tetap Bahasa Jepang di Program Studi Jepang, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Sebagai lulusan pascasarjana Program Studi Ilmu Susastra Universitas Indonesia, Dewi Anggraeni akan hadir tidak hanya memaparkan proses kreatif penyuntingan buku ini, namun juga membedah buku tersebut menggunakan kacamata seorang akademisi kesusasteraan.

Moderator: Uswatul Chabibah (Pemimpin Redaksi Penerbit Komunitas Bambu)

SINOPSIS
Sumatera Tempo Doeloe. Dari Marco Polo sampai Tan Malaka berisi dokumen vital bagi rekonstruksi sejarah Sumatera. Dipilih dan disusun oleh pakar sejarah Sumatera paling terkemuka, Anthony Reid, membuat kumpulan catatan perjalanan para penjelajah yang pernah menginjakkan kaki langsung ke tanah Sumatera ini menjadi sebuah perkisahan memukau tentang periode panjang sejarah Sumatera dari abad ke-9 sampai ke-20.

Meskipun tidak menceritakan sejarah Sumatera secara runtun, buku ini mengelompokkan catatan-catatan perjalanan tersebut dalam topik-topik tertentu sehingga dapat diperoleh gambaran umum tentang perubahan sosial, budaya, agama maupun politik di Sumatera. Sebab itu buku dapat menjadi sejenis ‘pengantar’ yang dapat dipakai sebagai media paling cepat untuk memasuki ruh Sumatera.

Namun, buku ini tidak hanya berisi uraian umum perihal kondisi Sumatera. Dimasukkan juga pengamatan atas seluk-beluk daerah yang dikunjungi maupun tingkah-polah masyarakatnya, sehingga memberikan warna tersendiri. Tak ayal pembaca buku ini akan menemukan banyak uraian yang tidak muncul dalam tulisan-tulisan sejarah yang sifatnya resmi, misalnya penggambaran Marco Polo yang menyangka menemukan unicorn di Sumatera. Lain lagi John Davis, petualang Inggris yang menggambarkan Sultan Alau’ddin Ri’ayat Syah dengan sangat karikatural sebagai sultan Aceh yang “Tidak melakukan apa pun sepanjang hari selain makan dan minum”. Atau kesaksian-kesaksian yang bikin ketawa, seperti ketika Friedrich Schnitger menggambarkan permusuhannya dengan raja lokal gara-gara kesal profesinya sebagai antropolog dicemooh dengan julukan ‘dokter batu’.

Catatan yang dibuat Reid pada setiap kesaksian yang dipilih, bukan saja akan memudahkan setiap pembaca mengenali sosok si pemberi kesskian, memahami konteks zaman ketika kesaksian dibuat, tetapi juga bagaimana menafsirkan ulang dan mencermati secara kritis kesaksian yang diberikan, sehingga pembaca tidak sekadar hanya bernostalgia ke Sumatera Tempo Doeloe.

* * *

Penerbit Komunitas Bambu (www.komunitasbambu.com)
Jl. Pala No. 4B Beji Timur
Depok, 16422, Jawa Barat
Phone/Fax: 021 – 7720 6987 / 0813 8543 0505 (CP. Nana Kurnia)
Labels: 0 comments | | edit post
Helvry Sinaga
sekilas kita tidak akan tahu dimana ini. Tapi setelah saya cermati, dan setelah membaca beritanya, ini adalah Pantai Losari. Wow..saya tidak menyangka. Pertama kali datang ke Makassar pada Tahun 2006, pantainya tidak ada kapal-kapal seperti pada gambar ini.

Salut pada pemerintah daerah yang peduli akan pariwisata. sebab dengan daya tarik wisata, pemerintah secara tidak langsung memperkenalkan Indonesia pada dunia.

Pantai Losari terletak di pusat kota Makassar. Di sepanjang jalan pantai ini, tersedia banyak rumah makan yang menarik untuk dicoba. Aneka makanan tersedia, terutama yang bertema seafood. Ada satu warung mie yang menghadap laut. Viewnya bagus, makanannya enak dan murah. Di belakangnya lagi (Jalan Sombaopu) banyak toko yang menjual souvenir khas sulawesi selatan. Ada minyak kayu putih, kaos, hiasan dinding, dan sebagainya.

Tertarik kesini? hanya dua jam dari Makassar. dan di dekat pantai ini juga ada benteng peninggalan milik rakyat Sulsel yang diambil alih oleh Belanda. Bentengnya masih bagus dan terawat. Kalau mau ke Pulau Samalona, dapat menyewa perahu dari sini.

Kira-kira itu saja infonya. Silahkan teman-teman hunting lagi.
selamat berjalan-jalan.
Helvry Sinaga
Paperback, Gold Edition, 536 pages
Published October 2010 (first published 1960)
Penerbit Qanita (Mizan Group)

"..Mockingbird menyanyikan musik untuk kita nikmati, hanya itulah yang mereka lakukan. Mereka tidak memakan tanaman di kebun orang, tidak bersarang di gudang jagung, mereka tidak melakukan apapun, kecuali menyanyi dengan tulus untuk kita. Karena itulah, membunuh mockingbird itu dosa." (Hlm 173).

Novel klasik yang sudah berusia 50 tahun sejak diterbitkan pertama kali pada tahun 1960. Kehidupan di kota kecil Maycomb County, Alabama memberikan gambaran yang jelas tentang kehidupan masyarakat pada saat itu. Dimana pengalaman masa lalu menjadi pelajaran berharga. Diceritakan dari sudut pandang seorang anak 6 tahun, Jean Louis atau Scout yang bermain bersama kakaknya Jeremy Finch dan sahabat musim panas mereka, Dill. Ayah mereka, Atticus Finch adalah seorang pengacara. Ibu mereka sudah meninggal, namun ada Calpurnia yang mengasuh mereka.

Toleransi
Jean Louise sangat cerdas. Di kelasnya, ia satu-satunya yang dapat membaca dan menulis. Gurunya menyalahkan ayah Scout karena sudah mengajarinya membaca. "Kau seharusnya belum belajar itu, nak". katanya. Scout menceritakan teman-temannya yang ada di kelas. Salah satunya adalah Walter Cunningham. Walter berasal dari keluarga Cunningham di Maycomb County yang dikenal tidak bisa membayar sesuatu dengan uang, tapi dari hasil panen dari tanah keluarga mereka. Scout berhasil menjelaskan dengan bahasanya sendiri siapa itu keluarga Cunningham di Maycomb County. Itu membuat gurunya, Miss Caroline tersinggung dan menghukumnya.

Akhirnya Scout memukul Walter Cunningham di luar sekolah karena merasa Walter-lah penyebab ia dihukum oleh Miss Caroline. Namun, Walter tidak mendendam. Jem bertindak bijak dengan mengajak Walter makan siang ke rumah keluarga Finch. Seraya mengatakan pada Walter "Ayah kami berteman dengan ayahmu. Scout ini, dia memang gila dia tidak akan mengajakmu berkelahi lagi" (h.51).

Dari sini kelihatan kalau anak-anak tidak membeda-bedakan teman berdasarkan asalnya, status sosial, atau bahkan agama. Kita bisa bandingkan dengan Shmuel dan Bruno di cerita The Boy in the Striped Pajamas, Amir dan Hassan pada cerita The Kite Runner. Ketulusan berteman anak-anak patutlah kita tiru, tidak salah bukan orang dewasapun perlu belajar dari anak-anak.

Prasangka
John Wesley-Pendiri Methodist- mengatakan bahwa “Passion and prejudice govern the world; only under the name of reason.” Prasangka menyebabkan orang akan kehilangan kekritisannya. Tidak berusaha mencari tahu dan membiarkan diri hidup dalam prasangka justru akan membuat hati tidak bersih. Seperti yang diceritakan bahwa Arthur "Boo" Radley tidak pernah keluar rumah. Imajinasi Jem yang diceritakan pada Scout jauh dari kesan bahwa Boo sebenarnya adalah anak yang bersahabat. Sudah ada tanda-tanda sebelumnya bahwa Boo memiliki hati yang baik. Pertama, hadiah-hadiah yang disiapkan di ceruk pohon bagi Jem dan Scout. Kedua, celana Jem yang sudah tergantung dan sudah terjahit dengan rapi di pagar rumah keluarga Radley. Ketiga, diselamatkannya Jem dan Scout ketika pulang dari pesta Halloween.

Suatu permenungan yang mendalam-tentu saja karena pengalaman-ketika Scout mengingat apa kata ayahnya.Atticus benar. Dia pernah berkata, kau tak akan pernah mengenal seseorang sampai kau berada dalam posisinya dan mencoba menjalani hidupnya. Hanya berdiri di serambi Radley pun cukup (h.507).

Arthur 'Boo' Radley adalah Mockingbird pertama.

Kebaikan dan Kejahatan
“The battleline between good and evil runs through the heart of every man.” demikian dikatakan oleh Alexander Solzhenitsyn-novelis Rusia. Itulah mengapa kita perlu pengetahuan. Pemahaman akan nilai kebaikan bukanlah sesuatu yang datangnya instan, namun sebuah proses dari budi manusia. Sebagai contoh sisi kebaikan seorang pengasuh pada keluarga Atticus. Cerita tentang Calpurnia yang mendidik Jem dan Scout tentunya tidak semata-mata karena Atticus telah membayarnya sebagai seorang pengasuh. Terlebih dari itu, karena ia mengasihi mereka. Tentunya bukan tugas pengasuh untuk menyuruh Scout menuliskan satu bab alkitab dengan tulisan bersambung (h.41), menarik Scout ke dapur karena Scout memprotes cara makan Walter Cunningham (h.51). Scout membenci hal itu. Namun, sebuah nasihat bijak Atticus pada Scout, "... Pikirkan betapa banyak yang dilakukan Cal untukmu, dan patuhilah perkataannya (h.53).

Sisi lain pada manusia, yaitu kejahatan dicontohkan pada persidangan Tom Robinson. Atticus dengan cerdas sudah mengungkapkan fakta bahwa tidak logis Tom Robinson yang memperkosa Mayella Ewell. Dengan sangat meyakinkan, Atticus memberi pernyataan di muka pengadilan bahwa apa yang terjadi atas diri Mayella adalah akibat kebodohan dan kemelaratan yang kejam (h.369). Tapi seharusnya tidak ada toleransi pada Mayella sebab ia berusaha menutupi bukti pelanggarannya bahkan sampai harus mengenyahkan Tom Robinson, karena kalau Tom Robinson masih ada akan mengingatkannya (Mayella) atas perbuatan memalukan yang dilakukannya. Apa salahnya menggoda seorang laki-laki? yang salah karena ia Mayella menggoda seorang Negro (h.370). Ada apa dengan Negro? Atticus melanjutkan bahwa ada asumsi atau prasangka jahat yang tertanam kuat di orang kulit putih bahwa Negro adalah makhluk tidak bermoral. Attiicus menambahkan bahwa perbuatan jahat maupun ketidakbermoralan adalah milik seluruh manusia, tidak berlaku pada satu ras saja. "Tak ada orang di ruang pengadilan ini yang belum pernah berbohong, yang belum pernah berbuat amoral, dan tak ada lelaki hidup yang tak pernah memandang seorang perempuan dengan hasrat" (h.370).

Pengadilan yang bersistem juri itu memutuskan lain. Seperti sudah tradisi, tidak ada juri yang membela kulit hitam. Ketika Hakim Taylor menerima secarik kertas yang berisi putusan juri, isinya:"Bersalah...bersalah...bersalah...bersalah...bersalah..."(h.383).

Namun, keluarga Tom yang Negro adalah orang yang tahu berterimakasih. Atticus dikirimi berbagai macam makanan ke rumahnya. Tidak seperti Bob Ewell, ia malah mengancam akan membunuh Atticus sampai kapanpun. Bob Ewell digambarkan sebagai orang pemalas, pemabuk, memakan uang asuransi, menelantarkan anak, seorang kidal (yang di pengadilan dibuktikan oleh Atticus bahwa dialah yang memukul Mayella), dan seorang (calon) pembunuh anak-anak Finch.

Tom Robinson akhirnya mati karena ia ditembak saat mencoba melarikan diri dari penjara. Tom Robinson adalah Mockingbird kedua.

Pentingnya Pendidikan
Salah satu keunggulan Atticus Finch ialah ia mendidik anaknya. Pendidikan adalah kunci untuk membuka kebodohan termasuk prasangka. Selepas waktu bekerja sebagai pengacara, ia bersama dengan Scout akan membaca artikel koran. Untuk Jem, ia membelikan majalah kesukaannya, Football. Apa sarananya? membaca dan bertanya. Scout dan Jem sering terlibat diskusi atau perdebatan, dan yang menjadi tempat bertanya terakhir adalah ayah mereka. Aku dan Jem sudah terbiasa dengan diksi ayah kami yang lebih cocok diterapkan pada surat wasiat, dan kami bebas menyela Attiicus kapanpun untuk memintanya menjelaskan kata-kata itu kalau ucapannya tak kami mengerti (h. 69)

Jika seorang Jem adalah anak biasa yang tidak terbekali dengan baik dengan apa yang terjadi di pengadilan, tentunya ia tidak akan marah ketika keputusan juri tidak berpihak pada Tom Robinson dalam hal ini Atticus sebagai pengacaranya. Pengalaman adalah guru terbaik. Jem benar-benar kecewa. Ia tadinya menganggap, bahwa orang-orang Maycomb adalah orang (yang kelihatannya) terbaik di dunia, namun tidak adanya yang membela Tom selain Atticus di kota itu. Mungkin terlalu berani seorang anak usia 12 tahun mengucapkan satu kalimat cerdas untuk merespon kalimat Miss Maudie yang pesimis; "Bicara memang gampang, tak bisakah hakim dan pengacara Kristen mengimbangi juri kafir? Kalau aku sudah dewasa? (h.392).

Hal serupa disampaikan oleh Jem kepada adiknya bahwa setiap orang harus belajar. Bahwa tidak ada manusia yang dari lahir sudah bisa membaca, ia mencontohkan kalaupun Walter tidak naik kelas itu karena ia harus membolos untuk bekerja dan membantu ayahnya.

Pendidikan yang baik setidaknya berasal dari rumah. Begitu yang dicontohkan oleh Atticus dan Calpurnia. Atticus mengajari Jem dan Scout membaca termasuk menghormati orang lain. Sejak ibu mereka meninggal, praktis yang mengasuh Jem dan Scout adalah Calpurnia. Calpurnia mendidik kedua kakak beradik tersebut seperti anaknya sendiri. Walaupun Calpurnia dari golongan Nigger, Atticus tidak berkeberatan. Suatu peristiwa dimana Scout berkomentar karena cara makan Walter tidak berkenan, Calipurnia menegurnya: "...Kalian mungkin memang lebih baik dari keluarga Cunningham, tapi kau tak ada artinya kalau mempermalukan mereka seperti itu..." (Hlm 57).

Fiksi yang Nonfiksi
Walau novel ini adalah cerita fiksi, namun tidak sepenuhnya tokoh dan tempat yang diceritakannya adalah khayalan. Maycomb, kota tempat ceritanya novel ini merepresentasikan kota Monroeville, Alabama, tempat Harper Lee tinggal. Jean Scout Louise yang berusia 6 tahun mewakili Lee yang lahir tahun 1926. Di kotanya, Lee memiliki tetangga yang dengan keluarga Radley, yakni keluarga Boulars, memiliki seorang anak yang hanya berdiam di rumah, yaitu Sonny Boular.

Ayah Lee, adalah seorang pengacara sama seperti Atticus Finch. Karakter Scout yang cerdas, usil, tomboy, sama dengan Lee. Lee menulis novel ini dalam kurun waktu 8 tahun, mungkin ia sudah melakukan riset yang sangat dalam untuk menulis novel ini, sekaligus mungkin enggan menulis novel berikutnya karena ia harus riset lagi minimal 8 tahun (soktau.com). Penggambaran paling jelas tokoh Dill dalam Novel ini adalah teman kecil Lee yaitu Truman Capote. Truman Capote juga seorang penulis novel. Ia menggambarkan Lee sebagai cewek yang tomboy, Idabel, dalam novelnya Other Voices, Other Rooms. Sementara Truman Capote digambarkan sebagai Dill oleh Lee dalam To Kill a Mockingbird. Wow...Intinya Lee dan Capote adalah teman baik.

Pada 25 Maret 1931, 9 orang negro ditangkap di Scoottsboro, Alabama karena dituduh memperkosa dua orang wanita kulit putih di kereta api. Kedua wanita itu, Victoria Price dan Ruby Bates berbohong karena menghindari akan ditangkap dan dipenjarakan. Seperti yang ditulis di novel ini bahwa kejahatan terbesar di Alabama adalah perkosaan. Dan semua terdakwa yang terbukti akan mendapat hukuman mati. Sama seperti Tom Robinson, 1 orang dari 9 negro itu memiliki kecacatan fisik, 1 lagi buta. Sepertinya mustahil untuk memperkosa dua wanita tersebut dan melarikan diri.

Pengacara seperti Atticus yang membela 9 orang itu adalah Samuel Liebowitz, dan hakim yang memimpin persidangan Scoottsboro adalah Hakim James E. Horton. Hakim ini mengesampingkan vonis bersalah dan itu menyebabkan ia tidak dipilih lagi sebagai hakim pada tahun selanjutnya. Ucapan Horton yang menutup persidangan adalah sebagai berikut:
History, sacred, and profane, and the common experience of mankind teach us that women of the character shown in this case are prone for selfish reasons to make false accusations of both rape and insult upon the slightest provocation, or even without provocation for ulterior purposes.

Sejarah kelam umat manusia yang dengan tega mengorbankan sesamanya dengan alasan warna kulit, adalah kekejaman terbesar. Harper Lee dengan tepat menuliskan novel ini,sebab akibat kesalahan masa lalu berupa prasangka dan kebodohan menyebabkan satu atau lebih mockingbird terbunuh.

Novel ini sangat bagus untuk dibaca. Bagi orangtua yang menyarankan pada anaknya untuk membaca novel ini, harap siap-siap ditanya istilah seperti perkosaan, negro, rasis, dan sebagainya. Apalagi setelah membaca novel ini diikuti dengan menonton filmnya, akan lebih terasa lagi kalau novel maupun filmnya membawa pesan maupun nilai yang memperkaya cara pandang kita.

description

@hws28022011


Labels: 0 comments | | edit post
Helvry Sinaga
saat ini yang namanya Go Green sedang ngetrend. Bukan karena mau ikut-ikutan, tapi pada dasarnya karena keinginan untuk mengubah perilaku agar lebih menghargai dan memerhatikan lingkungan.

Kalau ditanya, apa untungnya sih orang Indonesia ikut-ikutan program seperti ini? bukankah yang pertama kali dan yang paling banyak merusak bumi ini adalah orang dari Barat sana? betul, tapi jangan lupa bahwa Indonesia menjadi negara potensial yang akan merusak lingkungan jika saja penduduknya semakin tidak terkendali. Sekarang saja dengan penduduk sekitar 220 juta apakah terjamin memiliki perilaku peduli terhadap lingkungan? saya tidak yakin. Tidak usah jauh. Bapak saya sendiri aja masih suka buang sampah plastik permen ke luar jendela mobil. Yah intinya, mengubah perilaku orang itu sulit. Sama dengan memberantas korupsi, kalau udah terbiasa, sudah balikin kebiasaannya. Tapi bagaimanapun, fakta menunjukkan bahwa kerusakan lingkungan sudah sangat parah. Seberapa banyak sih peran pemerintah untuk memberikan edukasi pada rakyatnya? saya agak pesimis program itu cukup besar dan signifikan. Mari kita dukung dengan hal-hal yang sederhana saja dulu, misalnya:
1. membawa sendiri kantung plastik atau tas plastik jika berbelanja ke carefour/giant/hypermart.
2. jika tak banyak-banyak amat, tak perlu meminta kantung plastik kalau membeli pasta gigi, sabun mandi, sampo ke alfamart/indomaret, cukup ditenteng aja atau masukin ke tas.
3. Jika memungkinkan, sediakan satu tempat khusus untuk kertas bekas. Kertas bekas adalah kertas yang sudah diprint bagian sebelahnya, kita bisa gunakan bagian satu lagi untuk mencetak artikel-artikel yang kita inginkan.
4. Bijak menggunakan air. Penggunaan shower untuk mandi sangat mengefisienkan jumlah air. disamping itu, jangan tunda memperbaiki keran yang bocor karena banyak air yang terbuang disamping tagihan air yang mahal.
5. Sedapat mungkin gunakan alat listrik yang hemat energi. Pastikan tidak ada yang menyala tanpa digunakan.
6. Isi sendiri