Gaya Tutur Novel Metropop Semakin Mengglobal
jakarta,kompas Perkembangan ilmu
teknologi yang pesat mengakibatkan hilangnya batas-batas sekat
komunikasi di seluruh penjuru dunia. Dalam khazanah novel populer
Indonesia, muncul karya-karya metro populer atau metropop yang banyak
menggunakan judul-judul berbahasa Inggris.
"Ini fenomena urban di mana perkembangan media sosial dan teknologi memberi pengaruh besar. Meski demikian, menggunakan bahasa Inggris tidak berarti bahwa seseorang tidak lagi cinta dengan Indonesia," kata Diah, pekan lalu, di Surabaya, Jawa Timur.
Novel-novel metropop menyasar pembaca berumur sekitar 20 tahun yang rata-rata sangat dekat dengan penggunaan bahasa Inggris, baik melalui gawai, komunikasi sehari-hari dengan temanteman, maupun aktivitas mereka di sekolah atau kampus. Unsur kedekatan dengan bahasa Inggris inilah yang dimanfaatkan para penulis untuk mendekatkan novel-novel mereka dengan anakanak muda tersebut.
Gaya bahasa novel metropop ringan dan populer serta menyentuh fenomena kehidupan urban di metropolitan. Novel-novel jenis ini kini sedang marak.
Sebagai contoh, novel terlaris pada Agustus 2015 di Toko Buku Gramedia Cabang Matraman adalah novel fiksi berbahasa ringan dengan nuansa romansa berjudul Critical Eleven karya Ika Natassa. Penjualan novel ini mencapai 240 eksemplar.
Dua novel dengan judul berbahasa Inggris yang kini tengah diincar banyak pembaca adalah About Love karya Tere Liye dan 88 Love Life karya Diana Rikasari. Kedua buku ini merangkum kutipan-kutipan kalimat cinta dan pengalaman kehidupan. Buku ini kian menarik karena dikemas dengan tulisan dan latar belakang yang penuh warna.
Tingginya penjualan novel percintaan bergaya bahasa ringan juga terjadi di Gunung Agung Cabang Kwitang, Jakarta Pusat. Di sana, novel Critical Eleven dan About Love banyak dicari pembaca.
Lewat media sosial
Selain
menggunakan bahasa populer yang akrab dengan anak muda, para penulis
novel kini juga mengenalkan karya mereka melalui media sosial. Contohnya
novel Raksasa Dari Jogja karya Dwitasari. "Belum banyak yang
tahu siapa Dwitasari. Namun, karena sering dibicarakan di media sosial,
novelnya banyak dibaca," kata Sari Meutia, CEO Penerbit Mizan. Sastrawan senior Sapardi Djoko Damono menjelaskan, jenis novel romansa dikenal populer di seluruh dunia dan tetap bertahan dari generasi ke generasi. "Penulisan yang ringan membuat orang tetap berminat untuk membaca. Ini bagus untuk mempertahankan budaya membaca," tuturnya.
Namun, karya yang mengikuti tren pasar tidak akan diingat dalam jangka waktu lama oleh pembaca karena akan segera tergantikan oleh karya baru bertopik serupa. Hal ini yang membuat penerbit buku produktif dan para penulis ditantang untuk menyuguhkan topik-topik baru kepada pembaca. (ABK/B12/DNE)
Post a Comment