Helvry Sinaga

Literasi Tinggi untuk Pengetahuan dan Hiburan

Minat remaja untuk membaca guna mencari informasi dan pengetahuan ternyata tinggi. Bacaan di luar buku pelajaran rajin dilahap. Ini adalah kabar gembira menyambut Hari Literasi Internasional pada tanggal 8 September mendatang.
Warga mengisi waktu dengan membaca buku di Toko Buku Gramedia Matraman, Jakarta, Rabu (8/7). Membaca buku merupakan aktivitas yang menyenangkan dan menambah pengetahuan.
KOMPAS/YUNIADHI AGUNGWarga mengisi waktu dengan membaca buku di Toko Buku Gramedia Matraman, Jakarta, Rabu (8/7). Membaca buku merupakan aktivitas yang menyenangkan dan menambah pengetahuan.
Kedekatan anak muda dan kegiatan membaca terekam dalam survei Litbang Kompas melalui telepon terhadap siswa dan siswi SMA di lima kota besar pada awal Agustus lalu. Delapan dari 10 responden siswa mengaku masih meluangkan waktu khusus untuk membaca selain buku pelajaran sekolah.

Semangat membaca di kalangan remaja selaras dengan hasil survei UNESCO tahun 2011. Menurut survei ini, semakin muda kelompok usia penduduk di Indonesia, kian tinggi tingkat literasi. Kadar literasi menggambarkan kemampuan membaca sekaligus memahami isi tulisan. Hasil survei juga menunjukkan minat baca orang Indonesia secara keseluruhan hanya bernilai 0,001. Artinya, hanya 1 dari 1.000 orang Indonesia yang masih punya minat baca tinggi.


Perkembangan teknologi informasi berpengaruh pada kegiatan seluruh lapisan masyarakat, termasuk kegiatan membaca siswa dan siswi SMA. Akrabnya kaum muda ini dengan dunia internet telah menyebabkan berita yang menggunakan internet sebagai medium paling sering ditengok dibandingkan dengan jenis bacaan lain. Sebanyak 47,1 persen remaja yang disurvei membaca berita jenis ini beberapa kali seminggu. Bahkan, satu dari enam murid yang diwawancara mengaku membaca berita di internet lebih dari sekali dalam satu hari.
Selain berita di internet yang mudah diakses dengan aneka gawai, murid-murid SMA di kota-kota besar ternyata juga melahap bacaan tentang ilmu pengetahuan umum. Selama seminggu, biasanya mereka akan membaca topik ilmu pengetahuan umum beberapa kali.

Nyaman versi cetak
Untuk keperluan mencari pengetahuan ini, buku cetakan ternyata masih digemari oleh kalangan muda. Meskipun buku elektronik saat ini lebih mudah didapatkan, hampir 80 persen responden merasa lebih nyaman membaca buku versi cetak. Selain tak membutuhkan gawai untuk mengakses, buku versi cetak relatif tak membuat mata cepat lelah. Ruang-ruang kosong di halaman buku versi cetak juga dibubuhi tulisan berupa catatan, pesan, ataupun tanda tangan saat bertemu langsung dengan pengarang favorit.
content
Meski masih belia, siswa dan siswi SMA ternyata sudah mampu menentukan buku yang mereka inginkan. Sebanyak 77 siswa dan siswi SMA memilih sendiri jenis buku yang akan mereka baca. Para remaja ini tak bisa lagi dibatasi hanya boleh membaca buku-buku tertentu. Mereka akan memilih bacaan sesuai bakat dan minat mereka. Karena uang saku yang terbatas, murid-murid SMA ini biasanya meminjam buku ataupun minta dibelikan orangtua.

Siswa SMAN 12 Jakarta, Nina Nursita Ramadhan, lebih menyukai buku fiksi sebagai bahan bacaan yang menghibur. ”Biasanya, kalau ada waktu luang, aku sempatkan membaca. Di sekolah juga ada program membaca selama 15 menit,” kata Nina.
Untuk bentuk bukunya, dia lebih memilih buku cetak. ”Lebih enak baca buku cetak, rasanya beda kalau membolak-balik buku. Kalau e-book cenderung kaku dan banyak bergantung pada baterai gadget,” ujarnya.

Komunitas baca
Minat baca yang tinggi juga tecermin dari komunitas baca yang masih memiliki anggota dari generasi muda. Moderator Goodreads Indonesia, Sukma Rezany, mengatakan, anggota Goodreads Indonesia sebagian besar pelajar dan mahasiswa. ”Rata-rata anggotanya berasal dari usia produktif, 15-35 tahun. Sebagian besar anggota adalah pelajar dan mahasiswa yang suka dengan buku fiksi, baik dalam negeri maupun luar negeri,” kata Sukma yang biasa disapa Echa.

Sebenarnya, menurut Echa, minat membaca memang masih tinggi kalau di kota-kota besar yang berbeda kondisinya dengan kota-kota kecil. ”Kendala mulai muncul di luar kota-kota besar. Akses mendapatkan buku bacaan, baik majalah maupun koran, sangat terbatas, padahal keinginan mereka untuk membaca serta mendapatkan informasi tinggi,” katanya.

Untuk itulah, Goodreads Indonesia tidak hanya mengadakan kegiatan di Jakarta, tetapi juga kota lain. ”Kami sering mengadakan kegiatan seperti book club, meet the author, nonton bareng film adaptasi buku, dan napak tilas sebuah buku. Untuk nonton bareng atau napak tilas, kami lakukan untuk menarik teman-teman baru yang bukan pembaca buku. Di luar Jakarta, kegiatannya tidak jauh berbeda. Ada beberapa kota yang memiliki perpustakaan atau rumah buku sendiri,” kata Echa. (MB Dewi Pancawati/Litbang Kompas/Susie Berindra)
 
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 Agustus 2015, di halaman 34 dengan judul "Literasi Tinggi untuk Pengetahuan dan Hiburan".
Labels: , | edit post
0 Responses

Post a Comment