Helvry Sinaga
Judul: Mar Beranak di Limas Isa
Pengarang Guntur Alam
Kompas, 20 Maret 2011

Bercerita tentang Bi Maryam yang akrab disapa Bi Mar bersama suaminya Mang Isa. Mereka berdua mengharapkan anak laki-laki, padahal sudah punya 14 anak perempuan yang cantik-cantik.

Bi Mar mengikuti saran tetangganya yang menyuruh Bi Mar untuk mencuri sereket dari kayu milik perempuan yang telah beranak laki-laki dan sereket itu digunakan untuk menanak nasi. Nasi yang lengket di sereket itu dimakan, dan sereket itu ditaruh di bawah kasur kapuk.


Cerita ini merupakan gambaran bahwa anak laki-laki adalah andalan keluarga untuk merawat orangtua yang beranjak tua. Anak perempuan seolah tidak dianggap sama dengan anak laki-laki dalam keluarga. Siapa korbannya? tentu saja perempuan sendiri. Tak jarang perempuan tak mampu membela dirinya mana kala ia dibandingkan secara fisik maupun tanggung jawab yang besar dengan anak laki-laki.

Korban pertama, tentu saja ibu. Ia akan terus melahirkan sampai anak yang terlahir adalah anak laki-laki. Padahal secara ilmiah, dari pihak ayahlah yang punya andil untuk mendapatkan anak laki-laki dari kromosom X. Korban kedua, adalah saudara perempuan. Dengan didikan bahwa anak laki-laki lebih unggul dari perempuan dalam hal bertanggung jawab pada keluarga, akan membuat anak perempuan merasa inferior. Dan keinferiorannya itu akan ia wariskan kelak kepada anak perempuannya.

Masih ada keluarga dari suku tertentu yang menganggap anak laki-laki sebagai pelanjut generasi keluarga. Sebab ia menyandang marga ayahnya dan akan menjadi pewaris marga. Tapi apakah itu masih relevan dengan keadaan sekarang, dimana kadang kala substansinya tidak ada sama sekali antara menyandang marga dengan tanggung jawab.


0 Responses

Post a Comment